Pernah mendengar yang namanya Food Truck? Karena pakai istilah Bahasa Inggris, Food Truck ini memang aslinya bukan berasal dari Indonesia. Kalau diartikan ke dalam Bahasa Indonesia mungkin bisa disebut dengan truk makanan. Tapi kalau pakai istilah truk makanan, saya kok malah jadi terbayang bapak-bapak dan emak-emak yang jualan buah dan sayur pakai truk di pasar. Ya entahlah saya juga bingung menyebutnya bagaimana. Tapi menurut sejarahnya, Food Truck telah lama berkembang di benua Amerika. Sedangkan di Indonesia sendiri, food truck ini masih bisa dibilang anak kemarin sore.

Ada Food Truck Carnival di Tulungagung

Di kota-kota besar, jumlah food truck makin menjamur. Keberadaan mereka pun telah diakui oleh masyarakat karena kepraktisannya dalam menyajikan makanan. Konsep yang ditonjolkan oleh tiap pemilik food truck ini juga sangat beragam. Ada yang memodifikasi pick up bak tertutup jadi macam sirkus keliling yang kelap kelip warna-warni, ada pula yang mengubahnya jadi bergaya jadul, sampai merubah mobil Volkswagen (VW) Combi jadi tempat jualan yang Instagramable. 

Ternyata tak hanya di kota besar, wabah food truck juga melanda sampai ke Tulungagung. Keberadaan food truck ini mulai saya deteksi ketika mereka mulai buka lapak di area Gor Lembu Peteng pada malam hari. Sejak pandangan pertama, saya sudah langsung cinlok dengan keberadaan mereka. Bayangkan saja, saya bisa lihat secara langsung mobil macam ini yang dulunya cuma saya lihat di film Filosofi Kopi dan film-film berlatar barat (kelihatan sekali katroknya saya ini).

Ada Food Truck Carnival di Tulungagung


Dalam rangka mengobati rasa penasaran saya dengan food truck tersebut, saya pun sejak lama ingin  mengajak kawan-kawan saya untuk coba ngopi atau ngeteh di area Gor Lembu Peteng. Dengan datangnya tawaran mendadak dari seorang kawan, saya pun langsung mengiyakan saja. Sampai di lokasi, ternyata malah dapat kejutan. Apa itu? Ternyata saya datang pas bertepatan dengan event Food Truck Carnival dalam rangka hari jadi Tulungagung ke 812. Iseng-iseng berhadiah lah jadinya.

Menurut informasi, setidaknya ada 18 food truck yang mengikuti acara tersebut. Food Truck ini telah menjadi salah satu ekonomi kreatif di Tulungagung. Mereka ternyata juga telah membentuk komunitas Food Truck Tulungagung. Makanan yang dijajakan dari tiap food truck ini berbeda-beda. Ada yang menjual terang bulan, jus, ayam goreng, kopi, dan macam-macam lainnya. Konsepnya pun juga sangat beragam, bergantung dengan selera dan keinginan pemiliknya.



Karena terhasut dengan film Filosofi Kopi, ada satu food truck yang menarik perhatian saya. Penampakannya adalah VW Combi berwarna merah dan putih yang telah di rubah sedemikian rupa menjadi sangat  instagramable di mata saya. Disana mereka menjual kopi dengan cara yang tidak biasa. Ya seperti di Filososfi Kopi itu. Bahkan mereka menawarkan pada para pembeli untuk menyeduh langsung kopi yang ingin kita minum. Keren sekali bukan?

Tapi dasar saya ini bukan pecinta kopi sejati, saya malah pesan coklat panas. Walaupun begitu, saya sudah mengincar untuk mencicipi kopi yang dipesan kawan-kawan saya. Sembari menunggu pesanan siap, ternyata saya menemukan Kakashi (gurunya Naruto) ada di tengah-tengah gerombolan manusia. Ya giranglah saya. Tidak hanya Kakashi malah, ada yang pakai Yukata dengan rambut pink, ada yang berpenampilan ala Lolita, bahkan musuhnya Naruto pun ada. Sepertinya mereka adalah komunitas Cosplay Tulungagung. Sasaran empuk buat diajak foto kan?

Ada Food Truck Carnival di Tulungagung


Setalah pesanan siap, kami duduk di kursi berjumlah 4 yang mengelilingi meja kecil. Kursinya pun sangat imut dan unik, tapi nyaman buat diduduki. Awalnya kawan-kawan saya bingung mana kopi yang pesanan mereka. Jelas yang tidak bingung cuma saya, karena pesan coklat panas. Saya lihat-lihat ekspresi mereka ketika meminum kopi. Tak sabar, saya coba sruput kopi milik kawan saya yang ada benda semacam panyaring diatasnya. Rasanya? Benar-benar kopi karena tanpa gula sama sekali dan saya benar-benar bisa merasakan aroma serta rasa kopi yang katanya jenis Arabica tersebut.

Beralih ke kopi kawan yang lain, saya coba merasakan perbedaan dengan kopi sebelumnya. Rasa dan aromanya memang sangat berbeda. Bila Arabica yang dipesan teman saya tadi rasanya tidak teralu asing bagi lidah saya, maka berbeda dengan kopi kawan saya yang lain ini. Kali ini rasa asam lebih mendominasi daripada rasa pahit, bahkan aromanya pun juga tercium asam. Saya jadi mikir mungkin apa karena yang seperti ini ya yang membuat Mirna tidak merasa ada sianida dalam kopinya?

Ada Food Truck Carnival di Tulungagung

Lucunya, karena lidah yang tidak toleran dengan rasa pahit dari kopi yang dipesan,  kawan saya melakukan uji coba dengan mencampur coklat panas saya dengan kopi mereka. Bagaimana rasanya? Ternyata malah jadi makin kacau. Bukannya rasa pahit makin netral, tapi malah rasa pahit yang malah makin dominan. Akhirnya yang gelasnya kosong, ya cuma coklat panas yang saya pesan. Sok-sokan mereka itu memang. Saya duga kalau mas-mas pembuat kopinya tau, dia paling bakal kezel dan bilang “Angel-angel lak ku gae kopi, mek trimo kok campur-campurne ngunu kui? Rasakno dewe saiki”. Dan kami pun tertawa bebarengan.

Share this article :
+
Apakah Anda menyukai postingan ini? Silahkan share dengan klik di sini
author-photo Salwa Atika

Saya hanyalah orang biasa yang menyukai blogging dan mencoba berbagi pengalaman dengan yang lain tentang blogging dan SEO. Semoga bisa bermanfaat.

Follow me on: Facebook | Twitter | Google+
×
Previous
Next Post »
Show Facebook Comments
Terima kasih sudah berkomentar
Diberdayakan oleh Blogger.

Texts

Mengenai Saya

Foto saya
Human II Female II Dreamer

Followers

Copyright © 2013. My Room - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger