Google Translate - Siapa yang tidak kenal dengan paman Google? Rasa-rasanya di jaman now, paman Google ini sudah kayak nasi. Makanan pokok masyarakat Indonesia yang kalau tak makan benda mengenyangkan ini, maka kita masih saja disebut belum makan walaupun sudah makan gorengan sampai kenyang. Bayangkan saja, ketika kita sudah punya ponsel tapi masih model pencet-pencet dengan layar yang cuma seukuran bungkus korek api, maka biasanya kita akan dibilangi pakai Android saja. Lha tahu tidak Android itu punyanya siapa? Ya si paman Google ini. Kalau pakai Android, maka secara otomatis kita akan sangat bergantung dengan berbagai aplikasi besutan paman yang kantor pusatnya di Amerika ini.

Google Translate Ngomongin Gender

Ada banyak sekali produknya paman Google. Dari mulai playstrore, gmail, mesin pencari, translate, adsens, maps dan masih banyak lagi. Bahkan saya posting catatan ini menggunakan produknya google juga bukan? Sering juga bila kita kebingungan dengan sesuatu, maka kita akan bertanya dengan paman (atau mbah) Google sebagi pencerah. Satu lagi produk yang sering menolong kita adalah Google translate. Saya sendiri pun sangat sering menggunakan alat yang sangat praktis untuk menerjemahkan bermacam bahasa manusia ini, walaupun sayangnya dia belum berhasil menerjemahkan bahasa kalbu (#eh).

Menyangkut Google translate ini, saya sempat membaca sebuah artikel tentangnya. Isinya mengenai bagaimana google menerjemahkan kalimat dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris yang ternyata sarat dengan streotipe gender. Hal ini sangat menarik bagi saya yang memang naksir dengan dunia bahasa. Akhirnya saya uji coba saja apa yang dijelaskan dalam artikel tersebut dan hasilnya pun membuat saya tersenyum sinis. Coba saja perhatikan hasil uji coba saya berikut ini:

Google Translate Ngomongin Gender

Saya beranggapan bahwa bahasa mengandung berbagai unsur yang bisa mencerminkan bagaimana kultur, pola pikir dan hal lainnya dari penutur bahasa (yang biasanya adalah sekelompok masyarakat). Bahasa Indonesia ternyata adalah salah satu bahasa yang bisa dibilang netral. Lihat saja, untuk kata ganti orang, Bahasa Indonesia tidak membedakan subjek laki-laki maupun perempuan dengan sama-sama menggunakan kata “Dia”. Sedangkan Bahasa Inggris menggunakan pembedaan kata ganti orang dengan “She” untuk perempuan dan “He” untuk laki-laki. Bahkan untuk ukuran waktu, secara gramatikal Bahasa Indonesia tidak menggunakan pembedaan kata kerja untuk kemarin, hari ini, dan besok. Hal ini tentu berbeda dengan Bahasa Inggris yang menggunakan pembeda waktu dalam gramatikal. Bisa dikatakan Bahasa Indonesia tidak menggunakan prinsip “Isuk dele, sore tempe” dalam hal ini (hehe).

Pembedaan kata ganti orang inilah yang kemudian menjadi sesuatu yang unik bila 2 bahasa yang prinsip gramatikalnya berbeda coba untuk diterjemahkan, apalagi bila menggunakan alat bantu penerjemahan seperti google translate. Bisa dilihat, google translate menerjemahkan bahasa indonesia “Dia” menjadi “He” dan “She” berdasarkan stereotipe gender yang memang telah lama ada. Seperti “Dancer” dan “Nurse”yang identik dengan pekerjaan perempuan serta “Police” dan “Driver” yang identik dengan pekerjaan laki-laki. Bahkan warna pun juga ada pembedaan. Seperti “Pink” dan “Purple” yang identik dengan perempuan serta “Black” dan “Blue” yang identik dengan laki-laki.

Berdasarkan yang saya tahu, Google Translate ini menererjemahkan berdasarkan database berbagai dokumen yang ada di dunia. Semakin sering digunakan, maka semakin banyak pola berbahasa yang didapatkan. Pola bahasa inilah yang membuat saya juga turut memikirkan kembali bagaimana sebenarnya karakter Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia ini. Kalau kata Pramodya Ananta Toer, “Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri”.

Saya akui, terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris memakai Google Translate memang makin baik, namun untuk urusan yang bukan mengenai unsur gramatikal, nyatanya mesin pun tidak bersikap netral. Karena buatan manusia, sedikit banyak pasti akan ada unsur pelabelan manusia serta kepentingan manusia. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya mulai resah dengan keberdaan paman yang satu ini.

Share this article :
+
Apakah Anda menyukai postingan ini? Silahkan share dengan klik di sini
author-photo Salwa Atika

Saya hanyalah orang biasa yang menyukai blogging dan mencoba berbagi pengalaman dengan yang lain tentang blogging dan SEO. Semoga bisa bermanfaat.

Follow me on: Facebook | Twitter | Google+
×
Previous
Next Post »
Show Facebook Comments
22 Januari 2018 pukul 17.19 ×

Wah iya juga, secara ga langsung menunjukkan kecenderungan gender itu lebih condong ke mana biasanya, terlebih database juga didapat dari pengguna di berbagai belahan dunia

Balas
avatar
admin
4 Februari 2018 pukul 21.50 ×

Iya. Dari bahasa kita juga bisa membaca kecenderungan pemakai bahasa tersebut. Unik

Balas
avatar
admin
Terima kasih sudah berkomentar
Diberdayakan oleh Blogger.

Texts

Mengenai Saya

Foto saya
Human II Female II Dreamer

Followers

Copyright © 2013. My Room - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger