Rumah sakit menjadi tempat yang tak kusukai. Ku temukan berbagai wajah kesedihan disana. Hingga kadang aku bertanya-tanya, bagaimana caranya orang-orang yang bergelut dalam rumah sakit dapat bertahan dari serangan rasa tak mengenakkan itu? Apa mereka itu punya senjata khusus? Penangkal rasa misalnya? 

Rasa Rumah Sakit

Ah.. Sudahlah. Mungkin itu rahasia yang tak boleh dibocorkan. Ku kisahkan saja apa yang buatku terdorong menulis catatan ini. Ceritanya keponakanku masuk UGD yang entah apa penyebab sakitnya belum juga diketahui. Karna sudah dipindah ke ruang ICU, aku pun segera beranjak mencari ruangnya. Ketemu, aku memutuskan duduk sebentar di pelataran ruang. Sembari duduk, aku terpaku dengan seorang perempuan yang sedang terisak. Umurnya mungkin tak jauh beda dengan umurku. Setelah beberapa lama, aku pun ingin masuk ke ruang ponakanku itu. Kucoba tengok lewat kaca pintu, yang terlihat adalah seorang anak kecil terlentang dengan alat bantu yang sedang dilepas oleh dokter.

Bukan.. Itu bukan keponakanku. Ranjangnya bukan disitu. Setelahnya, aku pun masuk dan mendatangi ranjang keponakanku. Disana telah terpasang berbagai alat yang entah apa namanya, seperti di tipi-tipi masa kini. Slalu keluar bunyi 'bib.. bib' dari alat yang aku prediksi sebagai pengukur detak jantung. Dia bergerak sedikit dengan mata masih separo terpejam. 

Melihat dan bertanyalah aku bagaimana kabar anak itu kepada 'Mak' yang merupakan panggilan untuk nenek. Cerita kronologisnya kudengarkan. Rasa (entah apa namanya) muncul dalam diriku. Itu rasa kasihan, sayang, takut, khawatir, atau apa, akupun sudah tak tahu. Iseng aku nengok ke belakang. Dan tahukah kau apa yang kutemukan? Jarit yang telah dibentuk sedemikian rupa kemudian ditali di bagian atas dan bawah. Didalam jarit itu berdiam seorang anak kecil berumur 2 tahun. Anak yang aku lihat alat bantunya dilepas tadi.

Aku baru paham apa yang membuat perempuan diluar sana terisak. Hatiku terasa sangat nyeri. Beranjaklah aku dari ruang tersebut. Ku temukan wajah perempuan itu lagi. Dengan keterlaluan, air pada mataku mulai berontak ingin keluar. Ibuku yang sedang duduk bertanya ada apa padaku. "enek bocah ninggal, iku paling ibuk e", begitu jawabku. Ibuku berjalan menuju perempuan itu, dan aku pun tak tahu mereka bicara apa. Yang aku tahu, mereka adalah ibu.

Setelah membiarkan perempuan itu kembali sendiri (bersama suaminya lebih tepatnya), ibuku berkata padaku "Bocah kae termasuke kuat." Apa yang buat ibuku berkata begitu? Ternyata ekspresinya. Lumrahnya, seorang ibu apalagi anak pertama baginya,  akan gulung-gulung sambil bercucuran air dimatanya kala menghadapi situasi segila itu. Tapi yang kulihat tidak. Tangisnya tak memudarkan ketegaran dalam wajahnya. Namun justru buat aku makin tak bisa menahan nyeri dalam hatiku. Air mata terus menendang mataku agar mau mengeluarkannya. Aku tak mengenalnya, belum juga aku jadi seorang ibu, namun keterlaluannya, kesedihan tak perlu izin apapun untuk bisa datang.
Satu per satu orang datang pada perempuan itu. Kupukir ini hal ironis dari kesedihan. Dia mampu mengundang segerombolan orang untuk memperkuat si pengidap sedih.

Di rumah sakit, aku rasa hal ini berlangsung di tiap harinya. Janggalkah jika dalam benakku muncul pertanyaan: para dokter, perawat, atupun petugas yang lainnya bagaimana bisa tahan dengan segala aroma kepedihan semacam itu? Apakah mungkin karena hal itu mereka lihat tiap hari, justru membuat mereka kebal dan membuat sistem antibody pada rasa mereka?  Hmmm... Entahlah. Itu hanya sepenggal pikiran isengku barangkali.



Pelataran rasa rumah sakit
24822016
Share this article :
+
Apakah Anda menyukai postingan ini? Silahkan share dengan klik di sini
author-photo Salwa Atika

Saya hanyalah orang biasa yang menyukai blogging dan mencoba berbagi pengalaman dengan yang lain tentang blogging dan SEO. Semoga bisa bermanfaat.

Follow me on: Facebook | Twitter | Google+
×
Previous
Next Post »
Show Facebook Comments
Terima kasih sudah berkomentar
Diberdayakan oleh Blogger.

Texts

Mengenai Saya

Foto saya
Human II Female II Dreamer

Followers

Copyright © 2013. My Room - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger