Aku punya adik yang lagi berada di kelas 6. Sebagai kakak yang baik (biar kelihatan akur), aku kerapkali menemaninya belajar. Lebih sering muring-muring tak jelas sih, karena nyolot plus tak paham-paham ketika diterangkan. Dia ngaku kalau dia begini juga karena gurunya. Adik ku ini sering kali 'wadul' kalau guru wali kelas 6 nya tak begitu kompeten (versiku dalam bahasa halus).
Adikku sudah sering bilang kata semacam 'gurune lem...tiiiittt (sensor) nganyelne pisan'.  Memang mengolok gurunya semacam itu bukanlah contoh yang baik. Mungkin aku juga turut bersalah dalam mendidik etika pada adikku sendiri. Tapi tau tidak apa yang dilakukan gurunya sampai dia bilang hal semacam itu?

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Bukan Pahlawan Kesiangan

Pertama, gurunya ini begitu nyantainya, padahal kelas yang diajarnya adalah kelas 6 yang sebentar lagi ujian menuju SMP. Disini awal adikku mulai geregetan. Kerapkali kelasnya ini ketinggalan pelajaran dibanding kelas 6 sekolah sebelah.

Kedua, pernah suatukali gurunya ini berjanji untuk memberi pelajaran tambahan di pagi hari sebelum lonceng berbunyi. Yang artinya pelajaran di subuh buta. Berangkatlah dengan semangat adikku ini. Masih fresh begitu pikirnya. Sampai di kelas, murid yang lain pun juga telah datang dengan dengan semangat yang sama. Waktu menunjukkan jam enam, mereka terus menunggu kehadiran sang guru tercinta. Ditunggu dan ditunggu hingga lonceng pun telah berbunyi. Namun sang guru belum juga menampakkan diri. Maka rasanya tak berlebihan jika aku menyebut lunturlah semangat anak-anak ini untuk belajar dipagi buta. Tau apa yang terjadi selanjutnya?  Jam setengah delapan sang guru pun muncul. Kemudian dengan nyantainya bilang 'maaf saya terlambat'. Just that, no other words. Seolah tak terjadi apa-apa dan pelajaran dilanjutkan seperti biasa. Apakah kau bisa bayangkan bagaimana perasaanmu jika menjadi anak-anak yang semangat belajar ini? Seingatku, adikku menceritakan ini dengan sebalnya tak lupa disertai nada tinggi.

Ketiga, jarang membimbing dan menerangkan. Menurut pengakuan adikku, gurunya ini seringkali memberi tugas atau ulangan padahal materi belum dijelaskan dengan gamblang sebelumnya. Terutama pelajaran matematika. Kita (eh.. Aku ding) mengalami sendiri kan bagaimana edannya matematika kalau tak dibuat ngerti dulu sebelumnya? Nah.. Sang guru ini dikisahkan menerangkan seperlunya, memberi tugas, kemudian merepotkan diri entah kemana. Bagaimana perasaan mu?  Baik?

Selanjutnya keempat, pasal satu guru selalu benar. Pasal dua, jika guru salah maka kembali ke pasal satu. Apa terdengar semacam ospek mahasiswa? Jangan-jangan panitianya terinspirasi dari ini? Ah.. Sudahlah. Intinya begini, ketika seorang murid melapor kalau yang bener itu apa tak begini dan begitu, sang guru tetap menganggap yang benar ya berdasarkan apa yang telah disabdakannya. Kalau kau jadi itu murid, apa yang akan kau lakukan?  Kejang-kejang, gulung-gulung, atau pura-pura mati saja?

Sudah.. Sudah.. Aku tak pengen nambah daftarnya lagi. Aku juga pernah juga kok belajar tentang dunia pendidikan, walau cuma tipis-tipis. Kawa-kawanku pun kini banyak yang memilih jalan hidupnya untuk mengabdikan diri untuk mendidik generasi penerus bangsa ini. Pendidikan itu memang bukan melulu tanggung jawab guru. Kita semua juga. Maka dari itu kalaupun aku bukan guru dan tak beropsesi jadi guru, paling tidak aku masih berguna di dunia itu dengan cara lain. Itu salah satu keinginanku.

Kita sadari saja, bagaimana jika kita berada di posisi murid-murid itu? Apa kau ingin diperlakukan seperti daftar diatas? Guru memang memiliki usia lebih, pengalaman lebih, ilmu yang lebih, gelar yang lebih dibanding murid yang diajar. Tapi please.. Jangan menutup diri untuk belajar dari siapapun, termasuk anak-anak. Kau bisa menilai sendiri salah ataupun benar dari apa yang menjadi daftar diatas. Rasanya nurani akan menunjukkan cara untuk melakukan yang terbaik untuk merawat, menjaga, mengajari, atau apapun untuk mereka yang menjadi tanggung jawabmu sebagai seorang 'pahlawan tanpa tanda jasa'. Dengan melakukan yang terbaik untuk mereka, bukankah itu berarti kita tlah memberi yang terbaik untuk negri ini?


Ditengah malam menuju pagi
00.09
270116
Share this article :
+
Apakah Anda menyukai postingan ini? Silahkan share dengan klik di sini
author-photo Salwa Atika

Saya hanyalah orang biasa yang menyukai blogging dan mencoba berbagi pengalaman dengan yang lain tentang blogging dan SEO. Semoga bisa bermanfaat.

Follow me on: Facebook | Twitter | Google+
×
Previous
Next Post »
Show Facebook Comments
Terima kasih sudah berkomentar
Diberdayakan oleh Blogger.

Texts

Mengenai Saya

Foto saya
Human II Female II Dreamer

Followers

Copyright © 2013. My Room - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger